Minggu, 25 November 2018

BUDAYA MENCONTEK DIKALANGAN MAHASISWA

“…Ketahuilah, didalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik maka seluruh tubuhpun baik, jika ia rusak seluruh tubuhpun akan rusak. …”
Meskipun hadits ini hanya sedikit penggalan dari hadits sebenarnya, tetapi maknanya tidak akan berubah sedikitpun, begitupula manfaatnya. Jika ditinjau dari kesatuan hadits, hadits ini memiliki banyak manfaat, yang salah satu manfaatnya adalah meningkatkan intelektualitas serta memperbaiki jiwa dari dalam. Apakah yang harus kita perbaiki? HATI, jawabannya adalah hati. Dengan memperbaiki hati maka semua yang kita lakukan dengan ijin Allah (insya Allah) akan baik. Mengacu pada hadits ini, Imam As Syafi’I berpendapat bahwa sumber akal adalah hati. Ini juga di kuatkan dalam firma Allah dalam surat Al ‘Araf ayat 19 :

“Mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakan untuk berfikir”
Jika kita dapat sedikit berfikir tentang kutipan ayat ini, dapatlah kita melihat bahwa ayat ini sangatlah relefan budaya mencontek yang ada dikalangan mahasiswa. Mengapa demikian? Jika kita cermati, ternyata masih saja ada mahasiswa yang melakukan kecurangan saat pelaksanaan ujian. Anehnya perbuatan mencontek dikalangan pelaja tidak pernah terdengar ada sanksi, skorsing,pengurangan nilai, atau bahkan kenaikan kelas bagi siswa-siswi yang ketahuan mencontek dalam ulangan. Tidak pernah ada rapat orang tua, guru, kepala sekolah, pengawas, Pembina pendidikan membicarakan masalah mencontek. Sekolah seakan-akan menutup diri, seolah-olah semua siswa-siswinya bersih dalam peraktek mencontek.
Budaya mencontek kiranya bukan hal baru atau hal tabu lagi. Mencontek seakan merupakan hal lumrah yang kerap muncul dalam institusi pendidikan. Bahkan, fenomena hal mencontek sudah muncul sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) dan akhirnya hingga Perguruan Tinggi yang dilakoni oleh mahasisiwa. Sebenernya boleh engga sich kita mencontek? Terus, kapan kita boleh mencontek?
Fenomena Mencontek di Kalangan Mahasiswa
Mahasiswa dan budaya mencontek adalah sebuah kebutuhan dan rasa kepepet. Jika dirasa kurang persiapan belajar serta kurang dalam mengumpulkan materi ujian, mahasiswa terpaksa nyontek sana-sini. Atau jika dirasa ketika ujian tiba-tiba bingung dan tidak konsen akibat ada suatu masalah, maka tidak jarang mahasiswa yang mencontek.
Tidak bisa dibenarkan, mencontek memang bukan satu hal yang patut dicontoh, namun mahasiswa terkadang memiliki banyak alasan untuk sekedar membenarkan perlakuan mereka dalam hal mencontek karena alasan kurang dalam hal belajar, tidak mempunyai bahan ujian atau sederet alasan lain yang membuat mahasiswa terpaksa harus mencontektemannya agar mendapatkan hasil yang bagus. Hal yang paling baik dilakukan oleh mahasiswa adalah bersikap jujur pada diri sendiri, meskipun nantinya hasil ujian yang didapatnya kurang memuaskan, yang terpenting adalah hasil jerit payah mahasiswa sendiri tanpa mencontek. Dengan nilai yang mungkin tidak memuaskan, harusnya mahasiswa menjadi terpaculebih keras untuk belajar. Daripada mendapatkan nilai bagusdari hasil mencontek, sementara kita tidak tau sebatas mana kemampuan intelektual kita. Baiknya mengerjakan sendiri jika ada kesalahan serta memperbaiki kekurangan dalam belajar, bukan dengan mencontek.
Berdasarkan fenomena pelaksanaan tes disekolah, baik tes formatif (Ulangan Harian), tes sumatif (Ulangan Umum Semesteran) maupun Ujian Nasional masih terjadi aksi-aksi mencontek secara tersembunyi, bahkan ada pula yang terang-terangan. Pedahal pelaksanaan tes-tes tersebut selalu diawasi sekurang-kurangnya satu orang pengawas yang notabene seorang guru bidang studi. Terlepas dari masalah pro dan kontra, tentang teradisi mencontek diatas, perlu direnungkan adanya bermacam-macam aksi mencontekyang sering kali di peraktekan oleh siswa. Sebagai gambaran fenomenilogis peraktek aksi-aksi mencontek di kalangan siswa dan mahasiswa, berikut ini akan dijelaskan secara gamblang.
Beberapa macam aksi mencontek
Paling tidak ditemukan enam aksi mencontek di kalangna siswa dan mahasiswa, antara lain :
1.Aksi Buka Buku Catatan
Aksi buka buku catatan mungkin terjadi karena kelalaian pengawas dalam “mengawasi” gerak-gerik peserta tes. Sebab, membuka buku catatan dalam situasi tesmerupakan peristiwa berisiko tinggi. Jika tertangkap basah oleh pengawas, akan amat menjatuhkan mental dan mana baik sang pelaku. Palinh tidak dimata teman-temannya dianggap bersikap licik alias tidak jujur.
2.Aksi Buka Kamus
Khusus untuk pelaksanaan tes bidang studi bahasa Inggris, termasuk juga bidang Matematika dan akutansi, penggunaan alat bantu belajar (kamus dan kalkulator) amat di dambakan. Barangkali karena pengaruh belajar sehari-hari dengan menggunakan alat bantu, amat sulit bagi siswa untuk mengerjakan tes dengan tidak menggunakan alat-alat bantu tersebut. Sehingga dengan berbagai cara, mereka berusa keras untuk memanfaatkan alat bantu belajar tersebut.
3.Aksi Buka Rumus
Bidang studi yang sering kali menggunakan rumus-rumus perhitungan menjadi dorongan utama peserta tes untuk melakukan aksi buka rumus. Seperti pada bidan stusi Matematika, Fisika, Kimia serta Ekonomi. Dengan berbagai cara mereka mempersiapkan diri untuk bisa melihat rumus-rumus perhitungannya sebelum membuat catatan-catatan khusus berisi rumus-rumus perhitungannya. Maka pengawas perlu jeli untuk mengawasi ini semua, karena bisa jadi rumus-rumus tersebut telah menyatu dengan alat belajar yang seolah-olah tidak mencurigakan, karena dikemas rapih sedemikian rupa.
4.Menulis Catatan Kecil
Catatan-catatan kecil yang dibuat peserta tes (sehari sebelum ujian dirumahnya) sering kali menjadi andalan mereka untuk bisa melakukan aksi mencontek. Catatan-catatan kecil yang ditulis itu bentuknya beraneka ragam dan ditulis pada kertas atau alat tertentu yang bisa menbuyarkan kecurigaan pengawas, seperti pada lipatan kertas digulung rapih dan disimpan dalam kantong, catatan yang ditulis pada tangan, catatan yang ditulis dimeja tulis, catatan yang ditulis pada belakang kursi temannya, bahkan terkadang pada peserta putrid ditulis dikertas tissue yang biasa dipergunakan untuk membersihkan diri mereka.
5.Menggunakan Simbol-simbol
Jika peraturan pelaksanaan tes dirasakan begitu ketat dan tegas untuk melakekan aksi mencontek ditambah tindakan pengawas yang sering mengeledah bangku-bangku mahasiswa, ternyata masih ada cara non tertulis yang bisa mereka lakukan, yaitu dengan menggunakan symbol-simbol tertentu. Symbol yang paling umum adalah dengan menggunakan jari-jari kedua tangannya.
6.Melihat Secepat Kilat perkerjaan Temannya
Jika tidak mendapat kesempatan mencontek secara tertulis, serta aksi mencontek secara symbol dirasa telah terlanjur dicurigai pengawas, masih ada aksi mencontek individu tertentu yang pada dasarnya ingin melihat hasil pekerjaan temannya. Seperti individu yang mengantarkan sendiri absensi peserta tes kepada rekannya sambil secara secepat kilat melihat lembar jawaban rekan yang dihampirinya.
Tidak pernah kita sadari, bahwa mencontek adalah salah satu upaya pembodohan masyarakat yang sudah menjadi kebiasaan. Aksi pembodohan itu seperti telah menjadi suatu hal yang sah-sah saja dilakukan oleh setiap orang, tanpa orang itu sadari sendiri bahwasanya itu adalah perbuatan yang sebenarnya telah merugikan dirinya sendiri. Tugas kita sebagai generasi muda adalah membebaskan bangsa ini dari keterpurukan yang selama ini membelenggu, baik dari krisis intelektual maupun krisis ekonomi yang telah lama menjadi penyakit bagi bangsa ini. Jika generasi mudanya saja sudah hancur dengan menghalalkan cara mencontek untuk keberhasilan studinya, bagaimana dengan anak cucunya nanti? Bagaimana dengan keberhasilan bangsa ini? Dengan mencontek, kita tidak dapat mengukur kemampuan kita, sejauh mana kita bisa menyerap pelajaran. Jika semua generasi muda Indonesia menempuh kelulusannya dengan cara mencontek, apakah bangsa ini akan maju? Ataukah akan tertinggal? Semua jawabannya ada pada diri kita masing masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 2 PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA INDONESIA

      A.                                 DEFINISI PANCASILA 1.        PENGERTIAN PANCASILA Secara etimologis Pancasila berasal dari ba...